“Adat ada sebelum agama dan negara,” kata Rajan, mantan kepala suku Dayak Orung Da'an.
Kalimat dari mantan temenggung Dayak Orung
Da’an itu dapat menggambarkan kuatnya adat dalam kehidupan masyarakat di Nanga
Raun. Dayak Orung Da’an adalah subsuku Dayak yang bermukim di hulu Sungai
Mandai, jauh di tengah pulau Kalimantan.
Seminggu sebelum Paskah, kebiasaan adat Bersih Kubur
dilakukan. Itulah saat mereka membersihkan kubur dan memberi persembahan makan
dan minum terhadap keluarga mereka yang telah meninggal, sebab mereka percaya
bahwa orang mati sebenarnya masih hidup bersama mereka, hanya berpindah ke alam
lain. Selain menjelang Paskah, tradisi Bersih Kubur juga dilakukan menjelang
Natal. Ekspedisi Hello Borneo Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta mengabadikannya dalam foto. Foto dan teks: Agus Satriawan. <agama lebih dulu datang dari adat...!>
Setelah melakukan Bersih Kubur
maka masyarakat Dayak Orung Da’an akan melakukan ibadah secara Katholik
yang dipimpin oleh seorang katekis. Mayoritas masyarakat Dayak Orung
Da’an yang berada di desa Nanga Raun memang menganut agama Katholik.
|
Kakek Rajang, mantan Temenggung
Dayak Orung Da’an berfoto di depan makam istrinya. Makam yang mempunyai
atap menandakan bahwa ketika acara adat Buang Pantang, yaitu acara yang diadakan ketika ada yang meninggal, keluarga dari yang meninggal memotong sapi untuk menghormati yang meninggal.
|
Masyarakat Dayak Orung Da’an
akan ramai-ramai mendatangai kuburan desa menjelang Paskah dan Natal
untuk tradisi Bersih Kubur. Dari desa mereka menumpang perahu melewati
Sungai Mandai. Rombongan perahu yang membawa peziarah bias sampai 6-7
perahu yang memuat 8-10 orang.
|
Mereka yang meninggal akan
diberikan makan dan minum ketika tradisi Bersih Kubur diadakan. Makanan
dan minuman itu biasanya berupa kue lamak yaitu kue khas Dayak Orung
Da’an, biscuit, daun sirih, pinang, kapur, kopi, dan beram.
|
Tradisi Bersih Kubur akan
dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Dayak Orung Da’an mulai dari
anak-anak hingga orang tua. Mereka membawa parang untuk membersihkan
rumput dan semak disekitar makam. Selain parang mereka juga membawa
makanan dan minuman untuk saling dibagikan diantara mereka dan juga
diberikan kepada orang yang telah meninggal.
|
Salah satu peti mati khas Dayak Orung Da’an. Peti mati ini dibuat dari pohon belian yang
dibolongi tengahnya untuk tempat jasad orang yang meninggal. Kayu
belian atau kayu ulin adalah kayu besi yang sangat berat dan kuat. Pohon
belian merupakan pohon khas daerah Kalimantan.
|
Seorang peziarah menuangkan
minuman khas orang Dayak, yaitu beram yang terbuat dari fermentasi beras
ketan. Di alam orang mati mereka pun tetap makan dan minum. Orang yang
masih hidup akan memberi makan dan minum untuk penghormatan kepada yang
mati.
|
Dayak Orung Da’an percaya bahwa
alam yang dituju orang yang telah meninggal sama dengan alam di dunia,
hanya saja alam orang meninggal itu adalah alam kebalikan dari dunia.
Karena itu mereka membekali orang yang meninggal dengan alat-alat hidup
sehari-hari seperti dayung, panci, piring, gelas, dll. Uniknya
barang-barang tersebut sengaja dirusak sedikit sebab jika tidak dirusak
maka di alam orang mati barang-barang itu justru akan terlihat rusak.
|
Dengan Membuka Al-Qur'an: "Adat ada sebelum agama dan negara" - Silahkan menelaah!
Agama (petunjuk) telah datang lebih dahulu sebelum adat/tradisi ada...!
Lihat: [2/36, 37, 38 dan juncto: 2/213]
QS Al-Munafiqun 63/2 ....Mereka mengadakan tata Hukum mereka (aturan Hukum mereka) jadi kesaktian (tradisi), lalu mereka mengelak dari garis Hukum Allah. Sangat jahat apa yang mereka lakukan. [Link:6/109, 16/38, 24/53, 35/42, 58/16]
Manusia diciptakan Allah berarti makhluk Allah... Dan Allah memerintah manusia mengikuti tata hu hukum yang diciptakan untuk manusia adalah Al-Quran ... Dengan mengikuti dan melaksanakan tata hukum-Nya dijamin Allah selamat dunia dan akhirat..[2/38]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar