Tiga Golongan Manusia Pada Hari Kiamat 1.Golongan Orang yang Beriman Paling dahulu adalah orang-orang yang didekatkan dengan Allah 2.Golongan Kanan alangkah mulianya golongan ini 3.Golongan Kiri alangkah sengsaranya golongan ini! QS:Al-Waqi'ah

Selasa, 05 November 2013

Tradisi Ritual Malam 1-Suro

Ritual khusus 'ngumbah gaman' dan cerita magis malam 1 Suro
Ritual khusus 'ngumbah gaman' dan cerita magis malam 1 Suro
Ritual khusus 'ngumbah gaman' dan cerita magis malam 1 Suro
MERDEKA.COM. Malam 1 Suro atau 1 Muharram, bagi sebagian orang Jawa dianggap malam keramat. Selain menjalankan tradisi ritual memperdalam kekuatan tubuh atau ilmu kebatinan, juga dilakukan ritual 'ngumbah gaman' dengan tujuan agar aura magis dalam pusaka tersebut tidak memudar.
Biasanya, ritual semacam ini dilakukan dengan cara lelaku, puasa mutih, nyepi atau puasa pati geni yang artinya puasa bicara, menghindari bertemu orang lain dan menghindari cahaya matahari. Bahkan, ada juga yang menjalani "tapa brata" di tempat keramat seperti makam orang sakti dan sebagainya.

Sedangkan bagi para kolektor benda pusaka, biasanya mereka mencuci pusakanya agar yoni pusaka maupun kekuatan magisnya tidak memudar, bahkan semakin bertambah aura kekuatannya.

Menurut Sugiman, satu di antara kolektor benda pusaka asal Sidoarjo, Jawa Timur, malam 1 Muharam, yang menjadi tahun baru umat Islam itu, bagi orang-orang Jawa diyakini sebagai malam keramat atau bulan keprihatinan.

"Dalam adat Jawa, malam 1 Suro atau 1 Muharram itu, identik dengan malam keramat, malam penuh kekuatan mistis. Kalau dalam ajaran Islam, 1 Muharam itu hari bagi umat Islam menjalani setengah kewajibannya untuk prihatin agar bisa menjadi lebih baik setelah tahun baru Hijriyah," terang warga Tambak Sumur, Waru, Sidoarjo itu saat ditemui di kediamannya, Minggu (3/11).

Nah, lanjut dia, dalam ajaran ilmu Jawa, mereka diperintahkan untuk menjalani puasa. "Bagi orang-orang yang mempelajari ilmu kebatinan, malam 1 Suro merupakan hari untuk memperkuat ilmu atau kekuatannya agar tidak luntur. Termasuk meritualkan pusaka keramat," katanya.

Pria yang mengaku mengoleksi ratusan lebih benda pusaka berbagai jenis dan kerap melakukan ritual sendiri pusaka-pusaka miliknya itu, juga mengatakan, sebenarnya kekuatan utama bulan Suro itu, bukan terletak pada 1 Muharram-nya, melainkan satu hari menjelang tahun baru Hijriyah tersebut.

"Kenapa tiap malam 1 Suro kebanyakan orang Jawa atau para kolektor pusaka selalu 'ngumbah gaman' miliknya? Karena seperti yang saya jelaskan tadi, bahwa 1 Muharram adalah malam penuh keramat, malam penuh dengan kekutan magis. Karena pusaka-pusaka itu juga dikeramatkan, makanya perlu dirituali di malam 1 Suro, agar kekuatan gaibnya bertambah," ujarnya.

Sebelum 1 Suro, dia melanjutkan, para pencuci atau orang yang menerima jasa 'ngumbah gaman' kerap melakukan ritual khusus untuk menjaga yoni keris agar tidak pudar dan kekuatan magisnya tetap terjaga. "Tentu masing-masing orang punya cara berbeda-beda menjalani ritualnya. Tapi intinya sama, yaitu memperkuat atau menambah kekuatan pusaka."

Sugiman yang akrab disapa Kang Giman oleh penduduk sekitar itu juga menceritakan proses ritual 'ngumbah gaman' yang biasa dia jalani.

Sebelum mencuci pusaka, dia melakukan puasa pati geni dalam ruang tertutup satu hari satu malam. Kemudian sebelum malam 1 Suro, dilakukan perendaman pusaka menggunakan bahan-bahan khusus untuk menghilangkan karat. Juga untuk menjaga pamor (corak) keris agar kembali muncul.

"Kemudian dilakukan pembersihan dan pewarangan untuk mengeluarkan kembali bentuk pamor. Selanjutnya dilakukan penjamasan di malam 1 Suro dengan ritual khusus untuk menyatukan kekuatan dari luar keris menyatu dengan kekuatan yang ada dalam keris itu sendiri," ujarnya.
Sumber: Merdeka.com

Baca Lainnya: 
Keraton Surakarta Tetap Menggelar Kirab 1 Sura
Suro, Paranormal Kumpul di Yogya
Ribuan Warga Padati Petilasan Joyoboyo
Ratusan Santri di Tuban Gelar Pawai Obor Satu Suro
Ki Jagasima Pimpin Ruwatan 'Kembalinya Roh Suci Kebo Gupak'
Mahfud MD Ikut Karnaval Tahun Baru Islam di Lampung
Pawai 1435 Obor Sambut Tahun Baru Islam